Jumat, 02 Maret 2012

Ijinkan Aku merindu Mu selalu…

‘ Bang Davik, saya mau meralat nasehat saya tempo hari tentang haji dan umrah’, ujar Bang Syamsul, sahabat ku, sewaktu jumpa beberapa  waktu yang lalu di Padang. ‘Lha kenapa bang, apa ada yang salah’? tanya ku tak mengerti. ‘Salah sih ngga bang, lanjut nya serius. Terus? lanjut ku bertanya. Saya cuma mau meralat nilai dari haji dan umrah nya yang dilakukan berulang ulang saja bang. ‘Bang Davik kan udah pernah berangkat ke tanah suci, bukan cuma sekali, tapi sudah 4 kali bahkan.
‘Kemarin saya ikut pengajian, dan pak ustadz nya bilang, alangkah lebih baik nya kalau kita memang punya rezeki yang berlebih, bukan kita lagi yang berangkat ke Tanah Haram, tapi lebih bagus kalo uang itu kita gunakan untuk mendanai orang lain yang belum pernah berangkat kesana. Atau bisa saja dengan rezeki yang abang miliki, mungkin lebih baik juga untuk menyantuni orang orang fakir dan miskin ataupun anak yatim yang perlu disantuni. Nilai ibadah nya itu lebih besar bang. Berhaji itu cukuplah satu kali saja bang, nasehat nya lagi.
‘Tapi saya  berhaji dan berumrah kan ngga ada niatan sedikitpun agar semua orang lain menilai saya lebih sholeh dari mereka bang, tangkis ku. Saya berulang kesana karena sungguh saya rindu bang. Rindu berjumpa dengan Allah dengan bersujud dihadapan Nya, di Baitullah. Rindu kepada Rasulullah dengan bersalawat persis dihadapan nya, lanjut ku beralasan.
Bang Syamsul hanya tersenyum. ‘Bang Davik, rindu pada Allah dan Rasulullah itu ada disni, jelas nya sambil menempelkan tangan nya ke dada, di hati bang, di qolbu. Rindu itu bukan di mata karena kita ingin lebih khusuq berdoa dengan menatap langsung Baitullah. Rindu itu bukan ditelinga agar kita lebih khusuq mendengar ayat ayat yang dibacakan oleh imam baik di Masjidil Haram ataupun di Masjid Nabawi. Sama sekali bukan. Rindu itu harus karena hati bang, tegas nya lagi.
Seandainya mata ini tak mampu lagi melihat dan telinga ini sudah tak mampu lagi untuk mendengar, lalu apakah kita sudah tak rindu lagi berjumpa dengan Allah dan Rasulullah?, tanya nya tanpa perlu jawaban dari ku. Jujur aku tersentak  dan mengingat ngingat kembali, benarkah apa yang aku lakukan selama ini hanya karena rindu yang semu, hanya untuk memuaskan mata, telinga dan indra ku saja? Astaghfirullah..
Setelah pertemuan itu, di dalam hati aku tetaplah selalu berdoa, Ya Allah beri lah aku rizki yang berlebih agar dapat membiayai saudara ku yang belum dapat kesempatan berkunjung ke rumah Mu, namun tolong ijinkan pula aku agar tetap ikut serta bersama mereka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar